Untung Rugi Menjadi Pekerja Lepas Alias Freelancer

Kalau pilihan hidup… saya rasa lebih cocok kalau "kesempatan" dan "kepepet butuh pekerjaan dan uang" karena saya tipe yang lebih suka kantoran lantaran saya suka sesuatu yang terjadwal rutin dan di kelilingi rekan-rekan kerja untuk sesekali "berbincang".

Tapi, ya… ini yang saya rasakan saat menjadi pekerja lepas apalagi di situasi pandemi, sehingga beberapa hasil tes kantoran yang saya ikuti terpaksa dibatalkan/ditunda entah sampai kapan.

Sisi baik bekerja lepas:

  1. Tidak terikat jam dan hari kerja, tidak juga harus memperhatikan penampilan/pakaian. Kita bebas mengatur jam dan hari kerja, bangun siang juga bisa asal nggak dikejar deadline, malas mandi dan dandan, ya udah, mo pakai baju acakadut, sah-sah aja. Intinya bertanggung jawab dengan tenggat waktu yang disepakati antara kita [pekerja lepas] dan klien.
  2. Tidak perlu bermacet ria di jalan menuju kantor karena bisa kerja dari rumah. Bosan di rumah? Pergi ke kafe/working space/perpustakaan/dll… tentunya, di luar jam rush hour.
  3. Kalau dapat klien luar negeri, bayarannya dolar… yang tentu saja, jika dibandingkan harga pekerja di Indonesia, bisa lebih mahal/berkali lipat.
  4. Dituntut menaikkan skill karena persaingan yang ketat antar pekerja lepas dan kebutuhan klien yang beragam jenis serta kesulitannya. Terkadang juga kita bisa loncat dari satu skill ke skill yang lain, fleksibel, mengikuti kebutuhan klien.
  5. Bisa menjauh dari drama [seperti drama kantoran], bisa menilai klien juga sesuka hati [yang mana kalau di kantor, menilai/mengevaluasi bos biasanya tidak ada atau nggak berani]. Bisa memilih kerjaan dan klien yang sesuai dengan kemampuan dan insting kita, tentu… kita juga bisa pasang harga sesuai kemauan kita [diimbangi oleh portofolio dan jam terbang].

Sisi buruk:

  1. Kalau tidak bisa memanajemen waktu dengan baik, bisa keteteran dan kalau telat deadline, akan berpengaruh buruk pada rate kita di platform pekerja lepas/di mata klien.
  2. Kesepian, karena biasanya kerja sendirian. Kalaupun bertim, ya… remote. Bisa diakali dengan sesekali pergi ke luar/ketemu teman untuk kerja bareng di luar. Cuma, pandemi ini membuat sulit untuk kerja di luar.
  3. Kalau lagi sepi kerjaan atau klien hilang, ya… siap-siap untuk ekstra hemat atau nyari kerjaan lain. Untuk menyiasati hal ini, sebaiknya kita punya tabungan dan hiduplah yang cukup/sederhana serta selalu cari beberapa kerjaan sampingan lain, tidak terpatok di satu platform/satu kontrak. Ketika dapat kontrak yang mungkin 3x lipat dari kebutuhan hidup kita sebulan, tidak serta-merta kita foya-foya melainkan mengalokasikan pemasukan itu untuk 3 bulan ke depan. Tetap harus waspada dengan kemungkinan terburuk: tidak dapat kerjaan baru/klien hilang.
  4. Persaingan cukup ketat karena sebagai pekerja lepas, kemampuan dan portofolio kita benar-benar "dipertaruhkan". Kualitas kita teruji karena kita berhadapan one to one dengan tiap klien, yang "menuntut" hasil terbaik dari kita. Berbeda ketika kita di kantor, evaluasi kita mungkin hanya atasan kita. Performa yang lamban/jelek pun tetap dapat kerjaan dan gaji. Sementara, bekerja lepas… kalau performa jelek, bisa dihentikan klien dan bisa jadi kita menerima feedback yang jelek dan itu berpengaruh ke profile kita. Bakal seram kalau calon klien selanjutnya menilai kita buruk berdasarkan feedback jelek, kita pun terancam sepi job.

Segitu dulu menurut pengalaman saya :).



Sumber jawaban Quora: https://id.quora.com/profile/Ariestanabirah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mai Kuraki in the poetry

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Fase Baru