Haruskah Menulis Genre Islami?

Suatu hari saya mendapat pesan dari seorang pembaca agar saya menulis genre Islami. Tentu, saya sangat menghargai masukannya dan mencatat dalam benak meski untuk sekarang saya ingin menulis beragam genre yang bersifat universal, yang bisa dinikmati semua kalangan tanpa terkotak agama.

Lalu, apa saya mengabaikan keyakinan di tulisan saya? 

Apabila cermat, ada ajaran keyakinan saya yang saya selipkan. Karena, meski hanya satu ayat, bukankah itu termasuk dakwah?

Di Firasat Ailee misalnya,

Jika melihat mimpi yang disukai, sesungguhnya mimpi tersebut dari Tuhan. Hendaklah memuji Tuhan atas mimpi tersebut dan silahkan beritahu orang lain. Dan apabila melihat mimpi yang tidak disukai. Sesungguhnya mimpi tersebut dari setan. Mohonlah perlindungan kepada Tuhan dari kejahatan mimpi dan jangan ceritakan kepada siapa pun. Sebab mimpi tersebut tidak akan mendatangkan mudharat.
Kalimat di chapter IV tersebut saya ambil dari sabda Rasulullah, hadist riwayat Bukhori [7045] dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. 

Masih di chapter IV, ada adegan:

"Jangan meniup makanan," pesan Ailee ketika melihat Kaanan hendak meniup takoyaki.  

Kaanan lantas menarik Ailee, "Dilarang makan dan minum sambil berdiri, Kak." Mereka berdua berjalan mencari tempat untuk duduk. Sudah aturan dalam keluarga mereka jika makan dan minum itu harus duduk, dalam keadaan apa pun dan di mana pun, mereka harus duduk saat memasukkan makanan atau minuman ke tubuh. 

Saya menyisipkan sunnah Rosulullah untuk kegiatan sehari-hari yang orang-orang sering lalai (misal ada acara pesta tapi makan dan minum berdiri atau meniup makanan yang panas) sesuai dengan:

Dari Asma binti Abu Bakr, sesungguhnya jika beliau membuat roti tsarid wadahnya beliau ditutupi sampai panasnya hilang kemudian beliau mengatakan, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya makanan yang sudah tidak panas itu lebih besar berkahnya.” [HR Hakim no 7124.]


“Terdapat riwayat yang sahih dari Abu Hurairah, beliau mengatakan “Makanan itu belum boleh dinikmati sehingga asap panasnya hilang.” Diriwayatkan oleh al Baihaqi.

Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya.” (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

عن أنس – رضي الله عنه – ، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – : أنه نَهى أن يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِماً . قَالَ قتادة : فَقُلْنَا لأَنَسٍ : فالأَكْلُ ؟ قَالَ :
ذَلِكَ أَشَرُّ – أَوْ أخْبَثُ – رواه مسلم

Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang untuk minum berdiri”. Qatadah (seorang tabi’in) berkata : “Kami bertanya kepada Anas, ‘Bagaimana dengan makan sambil berdiri?’ Anas menjawab, ‘Yang demikian itu lebih jelek dan lebih buruk.’ (HR. Muslim).

Saya percaya perkataan Rosulullah adalah benar dan bermanfaat baik bagi muslim atau bukan. Sehingga, siapa pun yang membaca tulisan saya pada bagian itu dapat mengambil kebaikan yang saya pelajari dari keyakinan saya.

Prinsip saya, sebarkan kebaikan atau ilmu -dari agama atau apa pun- agar pembaca mampu memetik pelajaran, tanpa mengotakkan pembaca berdasarkan keyakinan. Bahkan, walau setitik seperti menyebarkan sunnah makan dan minum yang kita lakukan saban hari :).

Oh ya, saya juga pernah menulis cerita pendek -> Attack in Mecca, tentang teroris yang menyerang Mekah.

“Jika Ka’bah berhasil dihancurkan, bukankah itu artinya kiamat sudah sangat dekat?”
          
“Anda benar. Lagipula, hadist Rasulullah SAW berbunyi yang akan merobohkan Ka’bah adalah Dzussuwaiqatain dari Habasyah, dia akan merampas perhiasan dan melepaskan kiswahnya. Aku seakan-akan melihatnya, orangnya kecil botak dengan tulang-tulang persendian bengkok, sedang menghantam Ka’bah dengan sekop dan kapaknya.” (Isnad hadist ini Jayyid dan qawiy HR.Ahmad dalam musnadnya no.7053).

Apakah Attack in Mecca bergenre Islami? Bukan, itu misteri-thriller. Meski genrenya tidak Islami, bukan berarti saya mengabaikan ajaran agama saya :). Kebaikan bisa disisipkan di mana pun, sekali lagi... tanpa mengotakkan pembaca berdasarkan keyakinan.

Ini salah satu cara saya mengenalkan seperti apa agama yang saya anut, apa yang saya terima dan pelajari untuk hidup saya. 

Jadi, untuk pembaca saya di mana pun berada atau agama apa pun, saya berharap tulisan saya mampu memberi hiburan dan kebaikan yang bermanfaat. 

Terima kasih.


Salam.


  

Postingan populer dari blog ini

Contoh Kerangka Karangan (Outline) Novel

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Mai Kuraki in the poetry