Why, Mom?
(http://pl.memgenerator.pl/mem-image/mom-why-pl-ffffff)
Ibu, mengapa Ibu
membunuhku?
Ibu, mengapa Ibu
membenciku?
Jika Ibu mengatakan
apa yang Ibu ingin, aku akan memberi Ibu semuanya
Aku akan memberikan
apa pun, hanya biarkan aku di sisimu
Ibu, mengapa tempat
ini begitu gelap?
Ibu, aku takut, begitu
hening di sini
Jika aku bisa
mendengar suaramu, jika aku bisa melihat wajahmu
Aku tak butuh apa pun
selainmu
Ibu, aku memanggilmu
tapi suaraku tak mencapaimu
Ibu, aku
menginginkanku tapi aku seperti duri untukmu
Ibu, aku tak bisa
mengatakannya dengan jelas, “Aku merindukanmu,”
Aku tak tahu mengapa,
mungkin Ibu tahu?
Ibu, mengapa darah
menyelubungiku?
Ibu, mengapa air mata
terus mengalir di pipiku?
Jika aku mengatakan,
“Aku mencintaimu,”, bisakah rasa sakit menghilang?
Jika aku menyatakan,
“Aku mencintaimu,”, apakah Ibu akan mencintaiku balik?
Ketika wanita berwajah bengis itu
memandang dengan nanar ke tubuh kecil yang sudah tak bernyawa, ada suara yang
memenuhi benaknya, suara dari anak yang baru saja ia kirim ke dunia lain.
Wanita yang disebut Ibu oleh anak kecil itu baru saja menerima perasaan yang hanya bisa dirasakan dan
dipahami oleh si penerima pesan, dalam hal ini wanita itulah penerima pesan
dari gadis kecil yang selama hidup sampai akhir hayat memendam perasaan dan
pertanyaan pada Ibu-nya. Wanita itu seketika berderai air mata dan menjerit,
merasakan bau darah yang pekat merasuki rongga pernapasan. Jeritannya terdengar
memilukan padahal beberapa waktu sebelumnya wajah iblis menguasainya, bahkan
malaikat yang menyaksikan pemandangan pembunuhan itu merasa wanita itu bukan
manusia, tega membunuh anak sendiri demi mendapatkan hak asuransi berjumlah
besar.
Jika saja wanita itu tahu perasaan sebenarnya dari sang anak maka ada kemungkinan ia akan memilih untuk terus hidup dengan si anak sampai waktu yang diberikan oleh Tuhan untuk kebersamaan mereka usai, mungkin.
Note :
Pagi ini saya menulis prosa
bebas, sebenarnya dalam bahasa Inggris tapi karena bahasa Inggris saya
amburadul, saya jadi mengubahnya ke Bahasa Indonesia saja. Saya tadi terlibat
perbincangan dengan Mama dan Adik saya, tiba-tiba Adik saya bicara soal kasus
Angeline yang ternyata bermotif harta. Ketika mendengar hal itu, kami bertiga
jadi membahas tuh kasus dan berujung penulisan ini.
Baru-baru ini saya juga membaca
buku non fiksi berjudul Bastard Legacy -
Jounatan, yang saya dapatkan secara gratis lantaran saya menang giveaway (sorak-sorai). Salah satu tokoh
bajingan di buku itu adalah Belle
Sorenson Gunnes yang membunuh orang-orang tercinta/keluarganya demi
mendapatkan klaim asuransi. Gila, kan?
Ternyata di dunia ini memang ada
orang yang tegaan begitu, dengan keluarganya saja dia membunuh~ dan motifnya
adalah harta kurang lebih seperti kasus Angeline.
By the way, saya lagi mode idle,
tugas revisi Yesterday in Bandung
yang deadline tanggal 17 Juni
mendatang sudah saya tuntaskan termasuk membuat epilog, oh ya saya sangat puas
dengan epilog yang saya tulis (loh?). Apabila suatu hari nanti Anda membaca
Yesterday in Bandung dan sampai pada bagian epilog (kalau tidak dipotong), saya
suka sekali epilog-nya loh~, saya harap Anda juga suka and there is a message in the epilog for someone if you know what I
mean.
Saya bolak-balik baca buku ide
dan akhirnya dilema karena bingung mau nulis yang mana. Saya sekarang menderita
writer’s block, ide ada tapi tak bisa
merangkai plot. Otak tiba-tiba tak bisa menyusun plot (tarik napas). Saya
pernah nulis ide tentang ‘perebutan harta karun antar anggota keluarga’ dengan
merombak ide Amnesia, sebuah one-shot yang dulu saya tulis sewaktu
SMA (sayangnya saya tak punya softcopy
file Amnesia lantaran waktu itu
saya menggunakan komputer Tante dan komputer itu di-format ulang, hilang semua data naskah saya).
Saya masih skeptis menyusun plot
Amnesia versi baru ini karena genre yang ingin saya angkat adalah misteri. Tahun
ini saya bergeser genre ke romcon
(romantic-comedy) jadi ketika banting setir ke misteri (lagi) saya malah stuck.
Ah, sudah terlalu panjang yang
saya tulis, melenceng dari tema pula (nyengir). Saya hanya berharap kasus
seperti Angeline dsb tidak ada lagi di masa depan. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar