Menulis Untuk Terapi

Apakah saya menulis setiap hari?

Kalau untuk menulis buah pemikiran, hampir setiap hari. Saya seorang introver dan sulit mengekspresikan perasaan via verbal ataupun raut muka. Pernah HRD di kantor bingung karena ekspresi saya datar padahal baru saja dikasih tahu kalau saya naik gaji sekian. Saya senang, tapi memang saya nggak bisa mengungkapkan itu. Orang-orang juga akhirnya menilai saya cuek dan emosinya sulit ditebak atau… saya akan menunjukkan default, saya akan berusaha ramah sepanjang waktu.

Oleh karena kesulitan itu, saya "melarikan" sebagian besar perasaan saya ke tulisan/musik. Saya menulis jurnal harian/notes/puisi/kutipan baik itu di buku tulis/notes/ponsel.

Biasanya, ketika ada yang ingin diungkap, pasti saya buru-buru mencari pena/buku/ponsel, apa pun yang bisa digunakan untuk mencatat. Ada perasaan menggebu-gebu tatkala kita memiliki ide/uneg-uneg/perasaan yang ingin diungkap, tetapi kesulitan. Saya pun selalu membawa buku kecil dan pena kalau saya di luar.

Untuk saat ini, planner Miiko yang saya pakai:

Saya juga suka nulis tangan, jadi saya selalu siap dengan buku-buku notes/jurnal. Di gambar tersebut adalah contoh ketika saya menuangkan perasaan saya dalam bentuk puisi bebas.

Puisi-puisi/kutipan biasanya akan saya pilah untuk didigitalkan dan dipublikasikan ke platform menulis/sosial media saya.

Wattpad: @Ariestanabirah

Storial: StackPath

Gramedia Writing Project: https://gwp.id/my-profile

Instagram: Login • Instagram

Semalam, saya menulis puisi lagi gara-gara risi/resah terhadap sebuah hashtag alias berita seorang selebgram atau siapalah itu, saya tidak kenal :).

Baca selanjutnya di: Gramedia Writing Project

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mai Kuraki in the poetry

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Fase Baru