Riset dalam Menulis Buku



Setiap saya menulis buku/novel/jurnal, saya wajib untuk riset. Kalau jurnal ilmiah, sudah pasti ya harus riset karena sebuah argumen ilmiah itu didasari oleh penelitian dan didukung oleh penelitian-penelitian lain terutama yang sejenis.

Klo fiksi?

Walaupun fiksi atau rekaan, bukan berarti mengabaikan proses riset. Riset diperlukan untuk mendukung tulisan kita bahkan fiksi sekali pun.

Btw, maafkan saya, tetapi saya akan menulis tentang buku-buku saya di sini yang mungkin selalu saya bahas setiap kali saya menjawab pertanyaan tentang kepenulisan atau pun yang terkait :). Mohon dimaklumi.

Ok, kita mulai dari Yesterday in Bandung.

Ketika saya menulis novel Yesterday in Bandung [YiB][1][2], saya "memerankan" tokoh Shaki, seorang mahasiswi baru yang merantau ke Bandung dan kuliah di ITB. Latar belakang saya sebagai penulis adalah orang Palembang, yang tidak pernah ke Bandung apalagi ke ITB. Bagaimana saya menuliskan tempat dan keadaan yang tak pernah saya lalui?

Saya riset, saya baca blog terkait, nonton youtube, cari artikel… sehingga walaupun saya tak pernah ke Bandung, setidaknya saya punya gambaran. Apalagi ada dua orang penulis yang memang berasal dari Bandung/pernah tinggal di Bandung di tim YiB tersebut sehingga mereka bisa membantu validasi fakta.

Beda lagi ketika saya menulis Dear, Me[3], saya mengambil latar tahun 2000an awal. Saat itu saya masih SD sehingga ingatan saya samar-samar. Jadi, saya melakukan riset: apa film yang populer di tahun tersebut? [Di Dear, Me saya memasukkan film Ada Apa Dengan Cinta], lagu yang hits apa? [saya memasukkan lagu Kisah Klasik Untuk Masa Depan - Sheila on 7], komik populer waktu itu apa? Isu-isu yang merebak apa?

Di Cuko[4], bagi kalian yang familier… mungkin tahu kalau CUKO adalah kuah/saos/cairan/bumbu [saya sendiri bingung mo pakai kata apa untuk deskripsinya] yang biasanya tersedia ketika makan pempek. Saya berasal dari Palembang yang akrab dengan pempek dan cuko. Namun, bukan berarti saya master untuk menuangkan cara memasak pempek, cuko, dan berbagai makanan Palembang lainnya ke tulisan. Terutama, saya tidak berpengalaman memasaknya >_<. Jadi, yang saya lakukan adalah meminta resep ke Mama saya. Dikit-dikit nanya/nonton video masak untuk memastikan yang saya tulis itu akurat [novel ini menitikberatkan pada food story, kurang lebih 10 makanan 'disajikan'].

Di Allegra[5], saya mengangkat isu psikologi remaja [depresi] dan grafologi. Tokoh utama perempuannya maniak psikologi dan sastra yang setiap apa pun yang ia lakukan, selalu berhubungan dengan psikologi dan akan ia olah menjadi sastra. Sebagai seorang yang hobi dengan psikologi juga, saya kudu membeli dan membaca banyak buku terkait psikologi untuk membantu saya menulis ini. Saya juga belajar grafologi sedikit-sedikit dan membaca buku terkait hal itu [pengennya ikut pelatihan, tetapi tabungan belum cukup]. Sayangnya, karena riset itu nggak sebentar dan waktu itu saya sibuk tesis dan Cuko, saya jadi mengabaikan Allegra hingga detik ini T_T.

Di My Perfect Rival[6], saya menulis tentang pasangan suami-istri yang berprofesi sebagai analis program dan programmer karena saya punya latar belakang Teknik Informatika dan merasa ilmu tentang Jaringan dan Keamanan Komputer itu menarik [tapi susah banget]. Di sini, karena ilmu saya sebatas mahasiswi, maka saya kudu mencari lebih lanjut dunia kerja para programmer terutama di bidang terorisme dan keamanan nasional. Kenapa? Karena saya akan menggunakan latar pekerjaan dua tokoh tersebut untuk skala yang lebih besar. Di sini juga saya mengangkat isu terorisme dan agama, lantaran pada waktu menulis ini, isu terorisme dan agama sangat kental. Dari segi agama, saya kudu riset, ayat yang 'dijual' untuk aksi 'jihad' tetapi membunuh diri sendiri dan orang lain. Novel ini sendiri sudah selesai ditulis beberapa tahun lalu, cuma memang belum ada jodohnya [hiks].

Apakah hanya tulisan panjang seperti novel saja yang butuh riset?

Tidak. Ketika menulis cerpen pun saya riset walau tidak semuanya ada risetnya, ya.

Ada yang mengerti apa maksud angka-angka tersebut?

Di cerpen berjudul C2H6 [Etana][7][8], saya yang menyukai film/komik/drama misteri ingin menulis sesuatu yang genrenya misteri juga. Jadi, saya riset berbagai macam sandi/kode hingga masuk ke forum yang membahas sandi/kode. Sampai saya memilih kode ASCII. Saya 'akrab' dengan kode ASCII pada waktu kuliah dulu karena saya pernah belajar Bahasa Rakitan dan akhirnya saya gunakan itu untuk dirancang menjadi kode.

Masih ada beberapa tulisan lain yang memiliki riset entah itu riset besar/kecil. Yang jelas, riset diperlukan untuk mendukung tulisan. Semoga berkenan dengan jawaban ini.

Catatan Kaki

[2] Ariestanabirah[3] Dear, Me [Teruntuk, Diriku di Masa Lalu][4] Cuko[5] Allegra[6] StackPath[7] Cerpen - Ariestanabirah[8] C2H6 [BACA: ETANA] - C2H6: Anagram Pengakuan


Jawaban berdasarkan Quora: https://id.quora.com/Bagaimana-pengalamanmu-saat-menulis-sebuah-buku-Apakah-kamu-pernah-melakukan-sebuah-riset-khusus-untuk-menciptakan-sebuah-buku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Contoh Kerangka Karangan (Outline) Novel

Mai Kuraki in the poetry