[#TantanganMenulisNovel100Hari] PANDEMONIUM - CHAPTER IV
Keterangan :
Judul : Pandemonium
Penulis : Ariestanabirah
Genre : Romansa, Spiritual, Fantasi.
Sinopsis:
Kuraki Yuka (18 tahun) adalah
seorang gadis berkekuatan aneh, kekuatannya sering disebut dengan ‘kekuatan
suci’. Untuk melindunginya, Tuan Kuraki
–ayah Yuka- meminta Yuka pergi ke Tokyo dan hidup bersama Akihiro Hiroyuki (27 tahun), tunangan Yuka. Sialnya, Yuka memakai kekuatannya dan membuat sebuah shinigami (Yuka tiruan) sementara dirinya yang asli menjelma seperti hantu yang tidak bisa dilihat manusia!
Untuk
beberapa detik Hiroyuki tercekat karena Yuka masih berbaring di sampingnya
tanpa pertahanan. Begitu dekat dan hampir saja bibir Hiroyuki menuju bibir Yuka
jika Yuka tidak menyentakkan mata tiba-tiba. Hiroyuki meneguk ludah dan bangkit
dari futon. Bergegas ia ke kamar
mandi, meredakan ketegangan yang ia rasakan karena kehadiran Yuka. Apa yang barusan ingin aku lakukan? Aku mau
menciumnya? Merenggut bibirnya? Tidak! aku bukan lolicon, aku bukan lolicon. Hiroyuki
menepuk-nepuk pipi dan mengembuskan napas pendek. “…tapi, aku sudah
berkali-kali mencium dahinya padahal… Aku bukan lolicon…” desahnya.
●●●
Hiroyuki
menghentikan langkah di depan sebuah pintu bertuliskan ‘Klub Supranatural’. Dia
membuka pintu dan mengajak shikigami masuk.
Ruangan kecil yang dipenuhi barang-barang aneh tampak di sudut mata Yuka. Yuka
segera menangkap boneka voodoo, bola
kristal, topi dan jubah hitam penyihir, sampai tongkat berbentuk kepala ular.
Tirai hitam dan semerbak bau mawar juga menyambut kedatangan Yuka dan shikigami yang baru pertama menginjakkan
kaki di sana.
Tiga orang anak 3C yang sudah
dikenal shikigami berdiri bak host dengan kostum khas penyihir, topi
kerucut dan jubah hitam. Mereka bertiga adalah Hikaru Miki, Shou Tsuneo, dan
Ken Isamu. Dengan kompak ketiga orang itu membungkukkan badan dan berkata,
“Selamat datang di dunia supranatural!”
Yuka bergidik. Dia tak menyangka
tiga teman sekelasnya adalah orang nyentrik yang hobi dengan hal-hal gaib.
Terlebih lagi, Hiroyuki menjadi penasehat mereka. Di mata Yuka, Hiroyuki yang
dewasa dan lemah lembut itu tak ada tampang menjadi penasehat klub aneh ini.
Sementara Yuka tak menerima kehadiran klub ini, shikigami malah bersemangat dan menyalami semua anggota. “Aku ingin
bergabung! Kalian keren sekali, peralatan di sini juga menakjubkan!” puji shikigami.
Miki berdeham, “Kami sebenarnya
tidak menerima anggota tapi karena rekomendasi Hiroyuki sensei jadi kau bisa menjadi bagian kami.”
Shikigami
mengangguk-angguk dan meraih tangan Miki. “Mohon kerjasamanya, Miki-chan.”
Isamu lantas mengambil sesuatu dan
meletakkannya di atas meja, “Sensei, ini
yang kami temukan di Kyoto ketika kami melakukan misi supranatural liburan
kemarin.”
Hiroyuki mengambil tempat duduk
sambil mencermati kotak di hadapannya. Perlahan, ia membuka kotak itu dan
menemukan sebuah gulungan kuno yang menguning. Hiroyuki membuka gulungan itu
dan membaca, tulisan aneh. “Di mana kalian menemukannya?” tanya Hiroyuki. Isamu
menyentuh kacamata dan menjawab pertanyaan, “Kami menemukannya di titik 0.3X
75Y,”
Yuka mendengus, apa-apaan itu?
“Kemudian… apa hubungan gulungan
aneh ini dengan klub supranatural? Memangnya ini tulisan makhluk gaib?”
Hiroyuki membolak-balik gulungan itu.
Isamu lagi-lagi menyentuh kacamata
sebelum berkata-kata. “Aku punya firasat seperti itu Sensei. Waktu kami menemukan ini, ada orang-orang berpakaian hitam
mengatakan mereka tengah mencari gulungan untuk membangkitkan kekuatan suci.
Pada awalnya kami kira ini gulungan harta karun… tapi, sepertinya malah ke hal
supranatural.”
Kata kekuatan suci menyentak Yuka. Yuka
menjulurkan kepala ke samping Hiroyuki agar bisa melihat isi tulisan itu. Pada
awalnya Yuka menganggap itu tulisan asing, tapi lambat laun dia membacanya, “Dalam
jiwa penjaga kuil terjaga kristal suci yang menggetarkan dunia. Hisap jiwa sang
penjaga kuil dan kristal akan berpendar.” Hiroyuki yang melihat jelas wajah
sisi kiri Yuka tercekat dan napasnya tertahan. Ia lebih kaget dengan kehadiran
Yuka dibandingkan kemampuan Yuka membaca tulisan aneh itu. “Kenapa aku bisa
membacanya?” tanya Yuka pada diri sendiri. Ia lalu menebak-nebak, jangan-jangan penjaga kuil itu aku?.
Hiroyuki menutup gulungan dan
meletakkannya ke kotak. “Untuk saat ini, kita akan menyimpannya.”
“Sensei,
apa anda pernah mendengar Perserikatan Anti Sihir?” Isamu menatap Hiroyuki
dengan pandangan tajam. Hiroyuki menaikkan alis, ia tak menyangka nama itu bisa
keluar dari mulut muridnya padahal dia saja baru dengar kemarin dari Froshe. Isamu
menarik bibir dan berkata, “Orang-orang berpakaian hitam itu… Perserikatan Anti
Sihir, aku melihat pin yang tersemat di dada kiri mereka. Sensei, rasanya jiwa pertualanganku bangkit! Aku ingin tahu lebih
banyak soal Perserikatan Anti Sihir karena jika mereka adalah anti sihir maka
keberadaan sihir sesungguhnya benar-benar ada di dunia ini!” Isamu yang tampak
tenang mendadak menjadi penuh semangat. Antena haus pengetahuan telah merubah
sikapnya.
Hiroyuki melirik Yuka.
“Untuk saat ini, kalian harus fokus
pada pelajaran dan impian masa depan kalian,” ingat Hiroyuki.
“Aku selalu fokus pada impian…” Miki
menyeringai pada Hiroyuki lalu berkedip-kedip.
Isamu membalas nasehat Hiroyuki
dengan cepat. “Impianku menjadi penyelidik supranatural jadi hal ini
berhubungan dengan impianku!”
Sementara Tsuneo yang sedari tadi
diam hanya bergumam kecil, “Bodoh.”
Shikigami
memerhatikan semua yang ada di ruang klub lalu tertawa, “Bukankah sensei bilang kami harus menikmati masa
akhir SMA? Sekarang kami sedang melakukannya! Iya, kan teman-teman?”
Isamu, Miki, dan Tsuneo memandang shikigami. Mereka tersenyum hangat,
“Tentu saja!” balas mereka kompak. Hiroyuki menghela napas. Yuka masih menatap kotak
gulungan itu dan terjebak dalam hiruk pikuk pikirannya.
●●●
Berita
di televisi membuat Yuka merinding. Kuil-kuil di Kyoto seperti kiyomizudera,
kinkakuji, ginkakuji, tofukuji, dan sebagainya diserang oleh orang-orang
berpakaian hitam. Reporter yang bertugas meliput mengatakan kelompok yang
menyerang kuil menamakan diri mereka sebagai Perserikatan Anti Sihir. Kelompok
itu mencari kekuatan suci yang mereka yakini berdiam di diri seorang gadis
kuil. Penyerangan ini menyebabkan beberapa orang terluka dan keadaan kota Kyoto
kacau. Apalagi terjadi beberapa kebakaran di kediaman dekat kuil, kelompok itu
berdalih sedang melakukan upaya pengamanan terhadap sihir si gadis kuil yang
dipercaya akan menyebabkan kekacauan dunia dan mereka adalah ksatria yang akan
menjaga perdamaian itu.
Hiroyuki melirik Yuka yang duduk di
sampingnya dengan mata tak berkedip. Kediaman keluarga Kuraki yang terbakar
juga menjadi sorotan dan disiarkan secara nasional. Bibir mungil Yuka
memanggil-manggil orang tuanya dan hal itu membuat perih hati Hiroyuki.
Seandainya ia bisa menenangkan gadis itu walau sejenak, seandainya ia bisa
menemukan keberadaan keluarga Kuraki…
Shikigami
memandang televisi dan tampak bingung, karena dia hanya shikigami sehingga dia tak punya
perasaan. Ia hanya menyerap informasi sesuai yang diberikan Yuka. Ia hanya tahu
rumah yang sedang disorot adalah kediaman Tuan Kuraki, hanya itu. Tak ada rasa
sedih atau kehilangan di sana.
Hiroyuki mengusap kepala shikigami dan mendorongnya ke dekapan,
karena ia tak bisa menyentuh Yuka maka ia melakukannya pada shikigami dengan berharap perasaannya
tersampaikan pada Yuka. Tak ada kata-kata yang keluar dari Hiroyuki karena
menurutnya, semua kata-kata adalah kebohongan dan sia-sia jika dikatakan saat
ini. Yuka tanpa terduga menatap Hiroyuki, “Jauhkan dirimu dari shikigami! Kau mau mengambil celah
karena hal ini?”
Hiroyuki menahan geli dengan
kata-kata Yuka, ia makin mendekatkan shikigami
ke dadanya. “Suamiku…” shikigami memainkan
peran dan menangkup rahang Hiroyuki. Yuka tampak panik dan berteriak, “Apa yang
kau lakukan? Sudah kubilang jangan menggodanya!”
“Maaf, aku tadi menyentuhmu karena
merasa kau sedih dengan berita di televisi. Maafkan aku.” Hiroyuki menjauhkan shikigami dari dirinya dan tersenyum
kikuk. “Tak masalah, kita suami istri,” balas shikigami.
Hiroyuki beranjak, “Tidurlah. Besok
kau harus sekolah lagi.”
Komentar
Posting Komentar