Sepenggal Kisah di UTM (2)

Pengalaman saya ketika berada di UTM untuk satu semester benar-benar pengalaman yang berharga, untuk pertama kalinya saya 'keluar' dan jauh dari hiruk pikuk keadaan sekitar saya. Huwaaah, saya ingin 'keluar' lagi >_<.


Saya teringat beberapa 'rule' ketika saya dan teman-teman berada di UTM, khususnya ketika berada di Kolej 9, rule tersebut antara lain :
 
1. Dengan menggunakan alasan sibuk karena jadwal kuliah dan tugas yang menumpuk, serta dalih penghematan air, detergen, waktu dan tenaga, membuat pakaian kudu dipakai beberapa kali dulu baru dicuci!. Wkwkwkwk, jadi setelah pemakaian sekali, pakaian digantung dan diangin-anginin, kemudian semprotkan parfume biar wangi, kalau perlu, setrika pakaian >_*

2. Kalau cucian banyak aka takut cucian nggak kering aka males, biasanya saya ngajak Nisa, Auntie, Maya dll buat nyuci pakai mesin cuci, untuk menggunakan mesin, kita harus bayar 1,5 ringgit untuk satu kali pemakaian. Biasanya kita patungan, baik patungan siling (uang receh), deterjen ataupun softener, satu untuk semua, semua untuk satu ^_^

3. Hari libur adalah hari dimana mandi dilakukan sekali sehari, baik karena pengematan air, pakaian, sabun dan shampo atau karena memang malas mandi. Soal mandi, Auntie Dini sering menceramahi,

" Kita tu harus mandi, banyak kuman dibadan, harus dibersihkan, kata Dina (saudari kembar Dini), jam berapapun itu, secapek apapun kita, kita harus mandi!!"

Setelah berorasi panjang lebar soal mandi, biasanya Auntie ngajak mandi tu, begitu caranya dia ngebujuk para makhluk yang males mandi. 

Ketika di kolej, ada suatu tur yang dibuat oleh duo orang kaya (katanya, amien) aka Auntie dan Nisa, yaitu tur mandi, jadi kita mandinya pindah-pindah, semua lantai dikunjungi dan dicoba wkwkwwk, biasanya waktu habis hanya untuk menentukan mandi dimana B-). Yang jelas, sepertinya hanya kami yang berkeliaran bawa handuk dan alat mandi dikolej, masuk keluar lift, naik turun tangga, dan berjalan dikoridor-koridor kolej hanya untuk mencari kamar mandi paling cucok :-P

4. Kalau kuliah siang atau libur, itulah hari memasak mie pakai panci listrik, wkwkwkwk. Karena bakal repot kalau masak mie di hari kuliah pagi, selain harus memasak air terlebih dahulu, juga harus mencuci peralatan masak, makanya....kalau kuliah pagi, mie-nya diganti dengan mie cup yang bisa langsung dibuang wadahnya setelah selesai makan.

5. Makan teratur, disini entah mengapa rasa laper itu lebih sering dibandingkan di Indonesia o_O, saya dan teman sekamar saya, Annisa, sebenarnya kami jarang makan malam kalau di Indonesia, pada awal-awal di UTM, kami juga tidak ikut ketika teman-teman makan malam di dewan, suatu hari kami berdua ikut turun ke dewan, dan sejak itu...kami saban hari turun ke dewan makan, paling malam kami turun pukul 10 malam ke atas karena kelaparan :).

Acara makan malam di dewan merupakan acara yang paling ditunggu untuk beberapa orang *uhuk, lirik Maya dan Nisa.

Pokoknya dewan makan itu tempat memorial banget :-), dimana untuk pertama kalinya saya melihat beberapa teman saya 'tekeras', entah itu karena kacer atau si pembuat terpana. *ehem

'Pertemuan'
'Kebodohan'
'Kebersamaan',
'Rahasia'
'Perpisahan'

Semua terjadi di dewan makan. Semua tentang dewan makan.

Oh ya, kami sering menggunakan dewan makan sebagai tempat diskusi dan mengerjakan tugas, biasanya kami mulai kerja kelompoknya setelah makan malam, sekitar pukul 9 waktu setempat sampai kelar atau sampai kira-kira sudah capek dan ngantuk >_< Pernah juga, hampir seharian didewan makan untuk mengerjakan tugas, wkwkwk pokoknya dewan makan adalah tempat paling bersejarah deh ^_^. Setidaknya saya berfikiran begitu.


Indah, salah satu sahabat saya pernah berkata,

" Aku kangen dengan UTM, bukan kangen kuliah disana, tapi kangen dengan kebersamaan yang terjalin, karena setelah kembali, kita tidak bisa bersama-sama seperti itu"

You`re right Indah darlin :'(.




Kebersamaan itulah yang membuat cerita kita disana menjadi berharga

Cerita itu tidak akan pernah terulang kembali, karena itulah kita menyebutnya kenangan.

Kenangan-kenangan tersebut akan berbaur,  kemudian mereka menjadikan kita sejarah, mereka akan menjadi saksi, kita pernah bersama di waktu yang telah terlewat.

Pastikan, kita akan mengenang hari itu untuk esok, suatu hari ketika kita bertemu lagi, kita akan mengulang kisah kita yang terjaga disudut ingatan.

Semoga kita bisa bercerita disuatu hari dimasa depan.

Semoga kita bisa bernostalgia mengenang kebersamaan kita.

^_^.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Mai Kuraki in the poetry

Contoh Kerangka Karangan (Outline) Novel